Hit counter

  • Posted by : Rie Chan 13 Februari 2013


     Senja mulai merangkak naik, suasana yang damai di alam saat ini,tak berlaku di rumah mungilku, aku sedang berdebat dengan ibu.
    “pokoknya aku mau ngekos! Aku mau mandiri…lagipula kampus dengan rumah kita kan jaraknya cukup jauh..masalah makan atau keperluan lain aku bisa usaha bu!” kataku berusaha meyakinkan ibuku.
    “tapi Mika..ibu kan sudah tua, kamu anak ibu satu-satunya, Cuma kamu yang ibu miliki sejak ayahmu meninggal 8 tahun lalu..apa kamu tega meninggalkan ibu sendirian?” ibu menatap wajahku, ku lihat matanya yang berkaca-kaca. Tapi, itu sama sekali tak mengubah keinginanku.
    “memang iya sih bu, tapi aku kan sudah besar, umurku sudah 19 tahun, aku berhak untuk nentuin jalan hidupku. Dan ngekos saat aku sudah kuliah, sudah ku rencanakan dari aku kelas 2 SMA. Aku sudah dapat tempat kos yang bagus kok, dekat dengan kampus dan harga sewanya juga murah” Aku mulai bosan untuk terus-menerus meyakinkan ibu. Sudah 1 jam lebih kami berdiskusi tenang keinginanku ini, tapi ibu belum juga mengizinkan.
    “ibu sudah tak tahu harus berkata apalagi Mika, apa yang ibu katakan pasti akan kamu bantah. Begitulah watakmu, sekali kau menginginkan sesuatu sulit tuk membuatmu berpaling dari Sesuatu itu. Ibu hanya bisa merestui kepergianmu, dan ibu harap setelah kau ngekos kau tak lupa untuk menengok ibumu ini nak..” setelah berkata begitu ibu beranjak pergi menuju kamarnya.
    Aku tersenyum, karena beberapa hari lagi aku akan mewujudkan keinginanku, perdebatan ini akhirnya aku menangkan.
         
    Hari yang ku tunggu-tunggu selama ini tiba juga, semua barang-barangku sudah diantar ke kos-kosan kemarin sore. Jadi sekarang aku tinggal berangkat saja.
    “bu, aku pergi dulu yah, jaga diri ibu baik-baik, kalau ada apa-apa telpon saja..ya bu.” Aku berpamitan pada ibu, siang ini aku akan memulai hidupku sebagai anak kos-kosan.
    “yah, jangan khawatirkan ibu, kau akan pulang berapa hari sekali nak?” kata ibu sambil mengelus wajahku.
    “kira-kira 2 minggu sekalilah bu….”
    “baiklah…hati-hatilah kau disana..nak”
    “iya bu..” aku pun melangkahkan kakiku menjauh, walau ku tak memalingkan wajahku, ku bisa merasakan tatapan sayu ibu yang masih menancap di punggungku.
         
    Aku tercengang, aku masih tak percaya dengan apa yang baru saja ku dengar.
    “apa itu benar tante?” aku bertanya menuntut kepastian.
    “iya Mika, tante ga bohong. Sebaiknya kau langsung kemari, karena ibumu terus mengigau memanggil namamu.”
    “baik tante, malam ini juga Mika berangkat ke sana.” Setelah menutup telpon aku bergegas memasukan baju-bajuku, dan barang-barang lainnya ke dalam tas, mengunci pintu lalu berlari secepat mungkin keluar gang untuk mendapatkan taksi menuju Rumah Sakit tempat ibuku dirawat sekarang. ‘oh tuhan, mengapa ini bisa terjadi? Pingsan di kamar mandi? Astaga..,ibu,ibu…ada-ada saja. Baru seminggu ditinggal malah seperti ini’. Gumamku dalam hati.
         
     “ah, ibu! Akhirnya sadar juga, ibu benar-benar membuatku cemas…bagaimana perasaan ibu sekarang?” kataku ketika ku lihat ibu membuka matanya perlahan. Setelah memperhatikan sekitarnya sebentar, akhirnya ibu berbicara juga.
    “ibu sudah baikkan nak..,Cuma masih sedikit pusing. Ibu senang kau ada di sini, ibu kangen sama kamu nak..” cairan bening mengalir dari kedua matanya. Ku hapus dengan perlahan cairan bening itu, cairan yang mewakilkan perasaannya yang terdalam.
    “sstt..,sudah bu, kalau ibu nangis, nanti ibu makin sakit, yang penting sekarang akukan ada di sini, aku akan menemani ibu..ibu istirahat saja dulu..aku mau menelpon tante Rena memberitahukan kalau ibu sudah sadar.” Aku berusaha menenangkan ibu.
    “Rena? Kapan dia ada di sini nak?”
    “tadi malam, tante yang mengantarkan Ibu kemari, saat tante ke rumah kita, tante menemukan ibu  dalam keadaan pingsan di kamar mandi. Lalu setelah aku datang kemari aku menyuruh tante pulang untuk istirahat…”
    “hm.., sekarang sudah jam berapa nak?”
    “Ini baru jam 9 pagi, ya sudah, aku mau menelpon tante dulu sekaligus cari makanan buat ibu, sebaiknya ibu istirahat.” Aku beranjak pergi, namun langkahku terhenti saat ibu memanggilku.
    “nak..jangan lama-lama, ibu takut tuk berpisah darimu lagi.” Suara ibu terdengar parau.
    “ah, ibu terlalu berlebihan” akupun keluar dari ruangan itu tanpa menghiraukan perkataan ibu tadi, ada perasaan aneh menyelusup dalam relung hatiku.
         
     “dokter, apa yang terjadi pada ibu saya?!!” aku kaget saat melihat dokter dan 2 orang suster sibuk mengelilingi ranjang ibu. Aku baru kembali dari mencari makanan.
    “tunggu sebentar yah mba..ibu anda lagi kritis, kami berusaha menolongnya.” Salah satu suster menjauhkanku dari ranjang ibu. ‘kritis? kok bisa? baru sejam yang lalu ibu berbicara padaku..ini mustahil’ aku bertanya-tanya dalam hati, persaanku tak enak, ada sesuatu dalam diriku yang membuat seluruh tubuhku merasa kebas.
    “mba, tolong kemari, ibu anda mau mengatakan sesuatu..” dokter memanggilku, aku melangkah tapi kakiku terasa kaku, aku merasa takut mendekati ranjang ibu.
     “nak..dengarkanlah perkataan ibumu ini” kata ibu saat aku ada di sampingnya. Suaranya lemah, jauh dan membuat dadaku terasa sesak.
    “iya bu..aku akan mendengarkannya..” tenggorokkanku tercekat, airmataku mulai mengalir membasahi pipi.
    “nak wujudkanlah semua keinginan dan cita-citamu…dan jadilah wanita yang baik..”
    “ibu..iya bu.ibu..” hanya itu yang bisa keluar dari mulutku sekarang. Terbayang semua kenangan-kenangan saat aku bersama ibu, saat aku membantah kata-katanya, saat aku mati-matian mendesak agar diizinkan untuk ngekos, saat ibu membelai wajahku dengan lembut. ‘oh tuhan, betapa bodohnya aku selama ini, belum sempat aku membalas semua yang ibu lakukan untukku..walau aku menyusahkan dirinya, tak pernah ibu membenciku, satu goresan luka yang ku beri di hatinya, seribu kebahagiaan dan tawa bahagia yang ibu balas padaku..’ aku menyesali semua hal buruk yang aku lakukan pada ibu.
    “nak..jangan menangis, itu hanya membuat ibu semakin sulit tuk berpisah darimu, tersenyumlah nak, agar ibu bisa pergi dengan tenang…” suara ibu terdengar putus-putus.
    “….dan jika kau merindukan ibu nak…lihatlah pelangi, ibu akan ada di situ..untuk melihat dan menjagamu nak...” lalu semua hening…, itulah kata-kata terakhir ibu, kini ia sudah tak bernafas lagi, matanya tertutup rapat, dan tubuhnya terbujur kaku di pembaringan. Sedangkan aku hanya bisa menangis di sampingnya, berteriak histeris memanggilnya kembali, tapi itu tak mungkin terjadi. Tangisanku hanya menggema di dinding-dinding beton ruangan putih ini.
         
    Hujan membasahi bumi sejak semalam, di pemakaman ini semua orang ikut mengantarkan kepulangan ibu kembali kepada Yang Maha Kuasa.
    Tak berapa lama setelah ibu dikuburkan, satu-persatu pelayat meninggalkan pemakaman ini. Dan sekarang tinggal aku sendiri di hadapan makam ibu. Menatap nisan yang bertuliskan namanya, masih berharap kalau ini hanyalah mimpi. Hujan sudah reda, tapi hatiku terus menangis. Ku putuskan tuk meninggalkan makam, karena semakin lama aku di sini, semakin lebar luka yang ada di hatiku. Aku pun berbalik lalu aku terdiam, melihat sesuatu yang langsung membuatku menangis terisak. Pelangi! Yah, pelangi yang indah. Teringat ku akan perkataan ibu yang terakhir.
    “ibu di sana kan..ibu sedang melihatku kan..ibu lihatlah, airmata ini akan ku ubah menjadi senyuman..aku akan tersenyum untuk ibu.., ibu..bagiku engkaulah pelangi hatiku..terima kasih ibu”
    Aku terisak ditemani kesunyian makam. Angin yang berhembus pelan membelai pipiku seperti dulu Ibu membelainya.
    ***

     BY : MENTARI ARDINI

    { 4 komentar... read them below or Comment }

    1. Aku benci ANGST!!!

      btw ceritanya udah bagus kok, rie... walaupun masih banyak Typonya hehehehe (yg omong jg sama)

      N tetep semangat!!!

      Sign,

      I LOVE MY MOM

      Ren a.K.a debby

      BalasHapus
    2. Thanks ren'chan,,,udh mmbri tnggapan..

      Hehehhe,,aq msh btah d angst sih...
      Ntr deh q cba buat happy ending...

      Rie a.K.a mentari ardini.

      BalasHapus
    3. Iseng... Liat Rie-chan promo blog n cerpen di fb, aku mau coba baca deh :3
      Ingat aku gak? Thie-chan. temannya si Dhini :3

      aku mau komen masalah ceritanya aja deh ya? masalah EyD palingan yang awal ini, jangan lupa huruf besar di awal setiap dialog dan tanda baca sebelum petik penutup. yang lainnya biar belajar pelan2 aja XDDD

      well, ini sedih ;;w;;
      aku suka angst, tapi gak suka angst model gini DX
      Mika di sini itu ... awalnya kayak egois gitu ya? kan kasian ibunya T____T

      dan ibunya juga protective gitu sih ya? ditinggal anaknya ngekos aja langsung sakit #eh
      tapi tetap si Mika itu yang gak asik! harusnya dia kan udah tau ibunya gitu, ngalah dikit napa DX

      dan yang bagian pelangi itu ... malah nyesek. nyesek tapi manis. manis tapi gak sanggup bacanya; nyesek! tau ah

      #abaikan

      ngomong-ngomong, alurnya agak kecepatan deh ini say... coba dibuat pelan-pelan gitu. agak dipanjangin. diskripnya dibanyakin. pasti lebih keren OwOb

      oh, ya, banyak2 juga baca novel/cerpen/fanfik yang bagus. terus liatin deh... gimana mereka nulisnya; alur, diskrip, eyd, diksi, dan lain sebagainya.. XDb

      yosh, segitu aja! maaf ngerusuh gak jelas! Keep writing! XD9999

      BalasHapus
    4. Thie chan \(˚▽˚)/
      Senangnya kau mau mampir dan membaca cerpen abal-abalku inii ToT

      Hehhehe, maaf kalau penulisannya tidak mengindahkan EYD dan lain-lain, dipembuatan cerpen selanjutnya aku akan coba terapkan saranmu itu :D.
      Makasih yah atas tanggapannya... (^.^)

      Alurnya kecepatan yah?#masih nanya lagi#huahahaha, maaf-maaf nanti aku panjangin deh dicerpen selanjutnya.

      Yosh! Aku semangat untuk nulis lagi (҂'̀⌣'́)9 !
      Sekali lagi...honto arigatou Thie chan...\(˚▽˚)/

      BalasHapus

  • Copyright © - Chibi 'RIE' Mikiko Chan

    Chibi 'RIE' Mikiko Chan - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan