Hit counter
Posted by : Rie Chan
13 Februari 2013
Keheningan dan
ketenangan di sekitarnya selalu menarik perhatianku, wajahnya yang lembut
selalu ku lihat dari balik jendela kaca di perpustakaan ini. Dia sedang sendiri
lagi di sana, duduk di bangku yang berada di bawah naungan rimbunnya daun pohon
tanaman penghias sekolah, tempat yang sepi dan nyaman untuk menyendiri. Aku
hanya mengetahui nama dan kelasnya, sedangkan dia tak mengetahui apapun tentang
diriku. sejak pertama kali aku masuk ke sekolah ini 4 bulan yang lalu dan
melihatnya, dia telah merebut hatiku.
“ baca buku lagi
ya Ri?” sapaan yang tiba-tiba itu mengagetkanku.
“hah?em..iya nih
Nul, seperti biasa..” kataku dengan sedikit gelagapan menjawab pertanyaan Husnul. Buku yang sedang
ku pegang hampir terlepas dari genggaman.
“yah,seperti
biasa. Membaca di samping jendela di pojok perpustakaan. Aku penasaran, kenapa
kau selalu memilih tempat ini sih?apa ada alasan khusus?” Husnul melihatku dengan
tatapan menyelidik.
“hm..aku memilih
tempat ini karena di sini lebih ‘srek’ aja buat membaca Nul..” Cuma itu alasan
yang masuk akal muncul di otakku.
“o
ya?!baiklah..betul juga sih, di sini memang lebih tenang. Bisa lebih konsentrasi
. ya udah yuk ke kantin. paduan suara nih perutku.” Husnul menepuk-nepuk
perutnya tak perduli murid-murid lain yang berada di sini menatapnya heran.
“baiklah..tunggu
sebentar, aku mau meminjam buku ini dulu.” Aku tersenyum melihat tingkah Husnul, dia tak berubah
sejak aku mengenalnya 3 tahun lalu di SMP, hingga sekarang kita sama-sama duduk
di kelas 1 SMA. Aku sangat menyayanginya, dia sahabat baikku.
“baiklah,ayo
cepetan” Husnul
dan aku berdiri, dia sekarang sudah berjalan menjauh di depanku, sebelum
benar-benar pergi, aku sempatkan untuk melihat keluar jendela lagi.
“kapan aku bisa
berbicara denganmu Cody?” bisik ku, yang kemudian hilang ditelan keheningan
perpustakaan.
⃰ ⃰ ⃰
Aku terpojok, tanganku
mendadak menjadi dingin, ternyata seperti ini perasaan orang yang menjadi
tertuduh dalam suatu kasus.
“kau menguntitku
yah?!” Cody bertanya dengan sedikit berteriak di depan wajahku. Darah menetes
dari pergelangan tangannya.
“aku tidak
seburuk itu! Aku hanya ingin menolongmu” aku hampir menangis sekarang, selain
karena takut melihat dia marah aku juga keberatan di anggap sebagai penguntit. Wajahnya sekarang benar-benar berbeda, tak ada
kelembutan yang selalu memikatku disana.
“ok, kau bilang
ingin menolongku bukan? tapi, mengapa kau bisa tiba-tiba muncul seperti ini?”
Cody menatapku tajam. Kata-katanya memang beralasan, karena di sekolah saat ini
hanya tinggal kami berdua saja.
“aku..aku..” oh tuhan, kenapa suaraku tak bisa keluar
sekarang, di saat seperti ini.
“hei! Kau tak
bisa menjawab kan. Ku ingatkan kau, jangan jadi cewe pengganggu, jangan
menguntitku! Ingat itu!” Setelah memaki ku,Cody berlalu pergi. Kini tinggalah
aku sendiri menanggis dan menyesal, yah…aku sangat menyesal karena tak bisa
menjelaskan yang sebenarnya terjadi pada Cody. Padahal ini pertama kalinya aku
berbicara dengannya.
⃰ ⃰ ⃰
“sekarang aku
harus bagaimana Nul?” aku menelungkupkan wajahku ke meja kantin, siang ini aku telah
menceritakan semuanya kepada Husnul,
tentang kejadian kemarin, tentang perpustakaan dan tentu saja tentang
perasaanku pada Cody.
“jadi dia memaki
kamu Ri?! Astaga, ga tau diri banget dia! Sebelum tau kejadian yang sebenarnya
dia langsung ambil kesimpulan jelek kaya gitu.” Husnul berkata dengan berapi-api.
“yah, salah ku
juga sih Nul, aku gugup banget waktu mau jawab pertanyaan dia” Aku menatap Husnul dan tersenyum
hambar.
“ga bisa dong
Ri, sekarang juga ayo ikut aku nemuin Cody, kita jelasin yang sebenarnya ke
dia.” Husnul menggandeng
tanganku, Aku terdiam, karena terlalu kaget dan bingung dengan apa yang terjadi.
Aku hanya mengikuti kemana langkah Husnul
membawaku pergi.
⃰ ⃰ ⃰
Cody masih
menatap aku dan Husnul,
mungkin dia masih kaget dengan apa yang baru saja terjadi. Yah..bagaimana dia
ga kaget, tiba-tiba dia didatangi oleh dua orang cewe di tempat favoritnya ini,
dan yang parahnya, sesampainya kami di sini, Husnul langsung ngejelasin kejadian yang
sebenarnya kemarin dengan sedikit ngebentak dan ga ngebiarin Cody menyela
sekali pun.
“jadi…kemarin
itu kamu benar-benar ga nguntit aku?” akhirnya Cody bicara juga setelah terdiam
cukup lama. Aku mengiyakan dengan mengangguk.
“kenapa kamu ga
bilang kalau kemarin itu kamu ga sengaja ngeliat aku jatuh dari tangga? Kamu
juga kenapa ga bilang kalau kamu sengaja balik ke sekolah dan berada di sana
karena buku kamu ketinggalan di kelas, bukan karena sengaja nguntit aku?” Cody menatap ku,
matanya seperti mengatakan bahwa dia menyesal.
“bagaimana dia
mau ngejawab Dy?! Kamu langsung marah dan maki-maki dia, ya dia ketakutanlah.” Husnul berkata dengan
sinis.
“ok, ok, aku
salah…aku minta maaf yah…” Cody mengulurkan tangannya, tangan yang kemarin mengeluarkan darah segar itu sudah
terbebat perban dengan rapi. aku dengan senang hati
menyambut uluran tangan itu. Aku bahagia, akhirnya aku bisa selangkah lebih
dekat dengan Cody walaupun dari
permulaan yang salah. Ternyata gosip yang aku dengar tentang Cody bukanlah isapan
jempol belaka, Cody memang orang yang ramah dan supel.
“oya..siapa
namamu?dan kelas berapa?” tanyanya padaku
yang membuat aku jadi malu.
“aku Riri, kelas
1-A”
“hm…ok, aku Cody
dari kelas 1-E, dan Nul, maaf yah dah buat temanmu takut dan sedih karena aku.”
Apa?! jadi, Cody dan Husnul saling kenal?kok
aku ga tau?benar-benar mengejutkanku.
“yah, ga papa,
permintaan maafmu ku terima, tapi lain kali jangan berburuk sangka seperti itu
lagi sama orang. Aku tahu apa yang kamu pikirkan waktu itu, tapi dia bukan
seperti para penggemarmu di SMP yang sampai stalkerin kamu”
“em…maaf, kalian
saling kenal? Sejak kapan?” aku ga bisa diam saja, ada yang harus ku ketahui. Cara mereka berbicara, dan Husnul yang menyebut ‘para
penggemarmu di SMP’ itu menandakan mereka pasti saling kenal.
“sejak SMP kelas 3 Ri, aku sudah kenal sama Cody walau kami tidak dekat, dia kan murid pindahan di sekolahku dulu.
lagi pula kelas kami kan dekatan, aku kan kelas 1-D” Husnul menjawab
pertanyaanku, dan di iyakan dengan anggukan Cody. Astaga, jadi selama ini Husnul
mengenal Cody, sayang banget aku ga cerita tentang perasaanku lebih cepat
padanya. Khusnul kan bisa menjadi mak comblang buat aku dan Cody. Gumamku
dalam hati.
“Ri, kamu kok
senyum-senyum sendiri?” Cody menatap ku heran.
“a?..ga papa
kok..hehehe..” dengan tertawa tidak jelas aku
mencari-cari sesuatu di angkasa untuk mengalihkan perhatian. Salah tingkah itu
nama kunonya.
“ye…dia malah
ketawa, kamu lucu juga yah..” Cody tersenyum dan geleng-geleng kepala, senyuman
itu adalah senyum termanis yang pernah ku lihat di hidupku.
⃰ ⃰ ⃰
Tak terasa 3
bulan telah berlalu, dan kami bertiga pun menjadi akrab, aku bersyukur waktu
itu aku dimarahi Cody, malah yang lebih gila, aku bersyukur Cody jatuh dari
tangga waktu itu..astaga, benar-benar gila bukan. Kami sering jalan bareng, ke
perpustakaan, ke kantin dan ngobrol serba bareng. Sekarang aku benar-benar
bahagia, keinginanku buat bisa ngobrol bareng Cody bisa terjadi, bahkan lebih
dari itu..Tuhan…thanks banget yah.
“udah Ri, dari 3
bulan yang lalu aku kan sudah bilang, kamu tembak aja Cody…dia juga sepertinya
suka ma kamu kok”
“yang benar
Nul?, tapi aku malu Nul, masa cewe ngomong suka ke cowo? Kan tengsin abis..”
sore ini aku dan Husnul
sedang duduk di tangga sekolah dan saat ini pun aku mendiskusikan tentang
perasaanku ke Cody pada Husnul.
Hal ini mulai jadi kebiasaan kami sejak 3 bulan yang lalu. Sejak Husnul mengetahui perasaanku pada Cody.
“Riri, Riri..ini
kan dah jaman modern, saatnya emansipasi wanita, lagi pula siapa saja berhak
jatuh cinta”
“emansipasi
wanita? Hahahaha…, apa hubungannya Nul? Kamu ada-ada aja deh.” Aku tertawa
kecil mendengar Husnul
membawa-bawa emansipasi wanita dalam diskusi tentang perasaanku.
“ye..kamu, malah
ngetawain lagi..” Husnul
memanyun kan bibirnya.
“iya sorry,
abisnya kamu lucu sih..”
“tenang saja Ri,
aku selalu dukung kamu kok.” Husnul
meremas tanganku, aku
seperti mendapat keberanian setiap dia melakukan itu, ku suka saat dia
mendukungku, itu membuatku kuat dan berani.
⃰ ⃰ ⃰
“Dy, sebenarnya
maksud kedatangan aku ke sini sendirian aku mau ngomong penting sama kamu.” Aku membuka
pembicaraan, di tempat inilah aku akan mengakui perasaanku padanya, di tempat
dia sering aku perhatikan dari jauh. Husnullah
yang telah membuat aku yakin untuk mengakuinya sekarang, dia benar-benar
mendukungku tadi pagi. Dan sekarang aku tak akan mengecewakan dia lagi dengan
ketidak beranianku.
“oya? Ngomong
aja Ri..tapi..sebelum itu aku boleh ngomong sesuatu ga Ri?” aku berpikir
sebentar, ku kira tak masalah dia memulai pembicaraannya lebih dulu, karena aku
masih memerlukan sedikit waktu untuk mengumpulkan keberanian. Aku tentu tak mau terbata-bata saat mengungkapkan
perasaanku apalagi sampai pingsan.
“ok..ga papa kok
Dy, memangnya kamu mau ngomong apa?” aku duduk tepat di sampingnya, menunggu
kata-kata keluar dari mulut manisnya
yang berwarna merah muda.
“boleh ga aku
titip salam buat Husnul?”
bagai di sambar petir di siang bolong aku tak percaya dengan hal yang baru saja
ku dengar. Aku kaget bukan kepalang, badan ku terasa dingin, kaku. Hatiku
seperti di belenggu kawat berduri. ‘jangan..,jangan
berprasangka buruk Ri, jangan langsung ambil kesimpulan tentang sahabat baikmu’
“Husnul, Dy?” suara ku,
ku buat senormal mungkin, walau air mata sudah menggenang di pelupuk mata. Ku
palingkan wajahku darinya.
“iya Ri,
salamkan padanya…bilang salam sayang dari ku, aku sayang banget sama dia Ri” ya tuhan..haruskah aku menerima ini sebagai
kenyataan?.Cody mencintai Husnul? Apa yang harus aku
lakukan?menganggap Husnul pengkhianat?tapi disini posisi Husnul tidak
salah...Cody yang mencintainya bukan?
“kamu suka sama
dia sejak kapan Dy?” apa Cuma perasaanku?atau
memang dunia ini tiba-tiba menjadi kecil dan sempit sehingga aku sulit bernapas disetiap
perkataan yang keluar dari mulutku.
“sejak dua
minggu setelah kita diterima di sekolah ini, dan masa kamu ga tau Ri?”
pertanyaan Cody ini membuatku bingung. Apa
lagi yang harus aku ketahui Tuhan? Bukankah cukup aku tahu kalau cintaku yang
selama ini ku pendam berakhir bertepuk sebelah tangan?
“tau? Tau apa
Dy?” aku tidak mengerti maksud pertanyaan Cody.
“aku sama dia
kan pacaran dari satu minggu yang lalu Ri.” Setelah Cody berkata seperti itu
aku berlari meninggalkannya, tak ku perdulikan panggilan darinya. Tangis ku
pecah, aku menangis sepuasnya di UKS setelah aku berpura-pura sakit. Aku
kecewa, aku ga pernah menyangka sahabatku sendiri tega menyusuk aku dari
belakang, aku lebih baik di tampar sama dia dari depan dari pada seperti ini. Husnul…teganya kau?...
Air mata ku,
mengalir semakin deras saat ku mengingat kejadian siang tadi, Cody tak
mengetahui alasan yang sebenarnya mengapa aku berada di UKS, aku mendengar dia masuk kesini beberapa menit yang lalu
dan menanyakan tentang aku ke murid yang bertugas menjaga UKS, dan
Husnul…dia tak ku temui
lagi selain tadi pagi, entah dimana dia sekarang.
Kini tinggal aku
sendiri, semua murid-murid yang lain sudah pulang dari 15 menit yang lalu. Aku sengaja meminta guru kesehatan untuk membiarkan aku
di UKS sampai aku merasa lebih baik. Lorong sekolah
ini menjadi sangat panjang untuk ku jalani.
“Ri!” suara
panggilan yang keluar dari mulut seseorang yang sangat ku kenal. Tak kusangka
ternyata dia masih berada di sekolah. Ku hapus air mataku.
“ya Nul, kok
belum pulang?” aku berusaha tersenyum.
“tadi ada
kegiatan, loh? Kamu habis nangis Ri? Kenapa?” wajahnya terlihat bingung, ‘kenapa?ini
karena kamu sahabatku sayang’
“Nul, aku mau
Tanya, dan ku ingin kamu jawab dengan jujur”
susah payah aku menahan gejolak yang ada di dadaku yang menginginkan untuk
menamparnya sekarang.
“ok, tanya aja
Ri..apa sih yang ga buat sahabat ku” sahabat?
Masih kau pandang sajakah aku sebagai sahabatmu setelah kau khianati aku?
“apa benar kamu
pacaran sama Cody?” ku lihat kekagetan di wajahnya. Tapi tak butuh 3 detik wajah yang menampilkan ekspresi
itu berubah kembali menjadi semula.
“nggak Ri, siapa
yang bilang?” ucapnya disertai senyuman
manis.
“Husnul!! Jujurlah!..ku mohon..aku butuh kejujuranmu sekarang, aku sakit memikirkan
alasan dan mimik wajah apa yang harus aku perlihatkan saat melihatmu, aku
sakit..didada ini perih..seperti ada yang hilang..”
aku menangis tersedu, ku tatap dia dengan mata yang berair.
“Ri…maafin aku
Ri..aku ga bermaksud Ri..aku...memang pacaran sama Cody..aku memang mencintai
Cody...aku mencintai dia sejak kita bertiga menjadi dekat 3 bulan
lalu..Ri..aku..”
“cukup! Aku
bilang cukup Nul..aku ga pernah nyangka kamu bisa setega ini sama aku. Buat apa
selama ini kamu mendukung aku dengan kata-kata manismu? Hah?! Buat apa kamu
kasih harapan ke aku?! Rasa dikhianati
olehmu lebih sakit daripada saat aku tahu kalau Cody dan kamu Pacaran!Mulai
sekarang kita tak lagi menjadi sahabat!!!” aku sudah tak tahan lagi
berlama-lama di sini, aku berlari pergi meninggalkan Husnul. Sakit hatiku
begitu dalam padanya, dia benar-benar keterlaluan. Hatiku hancur, lebih hancur dari gelas yang jatuh dari
lantai 100 sekalipun.
⃰ ⃰ ⃰
Aku baru saja selesai
membaca buku yang ada di depanku, yah seperti yang biasa aku lakukan di
perpustakaan ini. sejak setahun yang lalu, aku sudah tak bersama-sama Cody dan Husnul lagi. Aku sudah
mengakhiri semuanya, walau dulu Cody
terus mendatangiku dan bertanya mengapa sikapku berubah, dan Husnul yang selalu
meminta maaf padaku, tak pernah sekalipun aku hiraukan. Dalam hati aku sudah
memaafkan Husnul memang, bahkan sejak dulu, tapi memaafkan bukan berarti
melupakan. Ku melihat keluar jendela, ku dapati di
sana Cody sedang duduk di bangku itu lagi, tapi sejak setahun yang lalu jugalah
semua berbeda, karena sekarang dia tak sendirian, ada Husnul yang selalu
menemaninya di sana.
⃰ ⃰ ⃰
Kini
persahabatan kita tinggalah kata
Semuanya
hancur berkeping-keping…
Karena
kau menikamku dari belakang dengan menghela dia dalam dekapanmu…
***
BY : MENTARI ARDINI
Aku tau cerita ini emang sedih rie... sumpah pendeskripsianmu jg enak kok. bagus dah pokonya.
BalasHapustapi.. tapi.. kok aku malah pengen ketawa ya???? #somplak! dikeroyok.
Dan yang qu gak terima... Kenapa gak ada tokoh aku di situ???? #dibuang# hehehe ^^v
Sign,
good job!
Ren aka Debby
Jiaaah,,napa mue malah pngen ktawa Ren??
BalasHapusJahaat iih,,,hiks,hiks...
Beneran udh bgus??
Senengnya... (^.^)
Ntar aq bkin deh,,yg tokoh utmanya malah kamu....
Tnggu ajha yah,,hohoho
Rie a.K.a mentari ardini
Deskripsi latarnya bagus.... suka deh.... Sekali baca langsung connect sama ceritanya n langsung paham suasananya.... mungkin juga karena aku secara gag langsung terlibat didalamnya....
BalasHapusTapi emang cara kamu nuangkan perasaan mu disitu bagus.... gag rumit, simple aja, n gag sulit dipahami... :)
"I'm sorry..."
Regards,
Hino
Hehehhe,, terima kasih hino chan...
BalasHapusSudah berkunjung buat baca dan ngereview...
Dan sekali lagi,, aku minta maaf dan terima kasih banyak atas izinnya... :D
Sudahlah, tidak usah minta maaf, kan semua sudah berakhir XD,,
Ingat inii cuma cerpen abal buatanku...
"Hino chan, thank you.."
Rie chan a.K.a Mentari Ardini