Hit counter

  • Posted by : Rie Chan 13 Februari 2013


    Hasil gambar untuk animasi perpisahan sahabat

    Selasa,  1 September 2009  10:00 pagi
    Matahari bersinar cerah memberikan kehangatan kepada seluruh makhluk hidup agar bersemangat memulai harinya. Tapi tidak dengan Rita, cuaca cerah, kehangatan atau apapun tak dirasakannya pagi ini, semua indra perasa miliknya seperti kehilangan kemampuannya, yang dia tahu pagi ini adalah pagi dimana puncak badai kehidupan memporak-porandakan pertahanan diri juga harapan hidup yang berusaha dia yakini. Dia disana, tepat di samping gundukan tanah baru yang masih berwarna merah itu,  Rita menangis sambil berteriak-teriak memanggil nama seseorang sedangkan dua orang manusia yang berstatus sebagai orang tua dari nama yang diteriakan dirinya berusaha sekuat tenaga untuk membawa dia pergi dari pemakaman itu.
    “Randa!!  Jangan tinggalkan aku!  Kamu bilang,  kamu cinta sama aku!  Aku gak butuh cincin ini!,  gak ada gunanya cincin ini kalau kamu gak ada..mana ada orang yang memakai cincin tunangan hanya sendirian!” histerisnya lagi sambil menggenggam kotak cincin berwarna hitam.
    Teriakan Rita menggema di setiap sudut pemakaman yang sunyi.  Membentur dinding-dinding beton yang memagari area pemakaman.
    “Sudah Ri,  kamu mesti mengikhlaskan kepergian Randa,  Randa sudah meninggal,  kamu mau panggil dia seribu kali pun dia enggak akan bangun lagi Ri…”   mama Randa memeluk Rita sambil berusaha mengangkat tubuh gadis cantik yang sedang menangis itu, dia sudah mengikhlaskan kepergian anaknya walaupun masih belum sempurna.
    Tapi,  Rita tetap tak bergeming,  ia masih tak dapat percaya pada kenyataan yang begitu menyakitkan,  yang membuat hatinya hancur.  Aku yang berdiri tak jauh dari situ,  hanya bisa terdiam,  membatu,  melihat pemandangan itu membuat hatiku miris.  Ingin rasanya aku mendekat,  memeluk Rita dengan segenap perasaanku dan berkata padanya
    ‘Hai bodoh,  dia begitu menyanyangimu,  apa dengan menangis dan tak mengikhlaskan kepergiannya seperti ini,  caramu membalas kasih sayangnya??  Kecelakaan itu sudah takdir hidupnya Rita.’
    Yah..seandainya kecelakaan itu tidak terjadi.  Pasti hari ini Randa bukannya berakhir di dalam tanah,  tapi merayakan ulang tahun Rita di panti asuhan tempat tinggal Rita selama ini.  Bersuka ria bersama anak-anak panti,  lalu di depan semua penghuni panti dan orang tuanya dia akan melamar Rita.  Yah seandainya kecelakaan itu tak terjadi…
            
    Senin,  31 Agustus 2009  08:00 malam
    “Enggak !  enggak  mungkin tante!!  Randa enggak mungkin meninggal!!  aku gak percaya tante!!”  Rita jatuh terduduk,  dengan HP masih menempel di telinganya.  Tangisnya pecah,  air matanya mengalir membasahi pipinya,  ia terisak di kamarnya.
    “Ini benar Rita..tante gak bohong.  Jenazah Randa baru saja dibawa ke kamar mayat,  Randa kecelakaan Rita…dia ditabrak lari oleh mobil.  Datanglah kemari,  ada barang titipan Randa buat kamu…kami akan memakamkan Randa setelah kamu ada disini” suara mama Randa terdengar serak dan terputus-putus,  karena dia sedang menangis.
    “aku..aku..gak ngerti tante!..aku bahkan gak mau mengerti!!aku……”
    ‘Bruukk…’
    ‘tit,  tit,  tit…’
    “halo,  halo,  Rita?  Kamu dengar?  Halo?”
    Dunia tiba-tiba gelap bagi Rita.  yah,  dia tak sadarkan diri.
            
    Senin,  31 Agustus 2009  07:45 malam
    Suara alat pendektesi detak jantung terdengar sangat mengerikan di ruangan ICU itu,  tubuh Randa terbaring lemah tak berdaya di atas ranjang pasien,  ia koma.  Mama dan papanya yang berada di luar ruangan berharap-harap cemas,  menangis dan berdoa agar Randa dapat terselamatkan dari maut.
    “Ma,  bagaimana ini bisa terjadi?”  papa Randa bertanya pada istrinya,  dia memang berada di luar kota saat mendapat kabar buruk itu.
    “Mama juga gak tahu pa..mama cuma dapat telepon dari kepolisian kalau anak kita kecelakaan,  kalau dia ditabrak lari sama mobil,  kalau keadaannya parah pa!..”  mama Randa berteriak histeris.
    “Ssst..sudah ma,  ini di rumah sakit…maafin papa”  dia memeluk istrinya yang sudah down .
    “Mama shock pa,  kepolisian bilang mereka sudah berhasil menangkap pelakunya,  dan tadi salah satu polisi memberikan bungkusan kecil ke mama,  katanya di dalam bungkusan itu ada  benda yang digenggam Randa waktu kecelakaan.  Mama belum membuka bungkusan itu pa…mama takut..bungkusan itu ada di tas mama”
    “Iya ma,  sekarang mama tenang dulu ya..”  papa Randa berusaha menenangkan istrinya,  walau sebenarnya dia juga sangat sedih dan takut kalau tejadi apa-apa terhadap anaknya.
    Tiba-tiba saja seorang dokter dan dua perawat masuk ke dalam ruangan Randa,  tanpa dikomando mereka berdua langsung menyusul masuk.
    “Apa yang terjadi sama anak saya dok?”  Mama Randa bertanya was-was.
    “Maaf bu..tunggu sebentar,  kami ingin memeriksa pasien dulu..”  salah satu perawat menyingkirkan orang tua Randa menjauh dari ranjang pasien.
    Mata dari kedua orang tua Randa tak lepas dari kegiatan yang di lakukan tenaga medis itu,  juga alat pendektesi detak jantung Randa yang kelihatannya semakin lemah.  Lalu hal yang paling ditakutkan mereka pun terjadi,  alat pendektesi jantung itu berbunyi lain,  bunyi tanda kalau mereka telah kehilangan anak mereka satu-satunya.  Panjang,  nyaring,  dan menyesakkan.
    “Ini gak mungkin kan pa..?  alat pendektesi jantung itu salah,  pasti alat pendektesi jantung itu rusak,  ini gak boleh terjadi!” mama Randa benar-benar tak percaya dengan apa yang dilihatnya, anak satu-satunya kini tengah tiada, berubah menjadi tubuh yang dingin tanpa nyawa.
    “Ma..sudah ma…Randa sudah pergi ma…”  papa Randa memeluk istrinya,  hatinya menangis saat ini.
    “Dokter!  saya akan bayar berapa pun biayanya!…saya mohon,  jangan biarkan Randa mati!  Tolong dokter!”  mama Randa tiba-tiba berteriak memohon.
    “Maaf kan kami bu,  kami sudah berusaha,  Ia mengalami pendarahan serius di otaknya.  Walau pun kami berhasil menyelamatkan hidupnya,  seluruh tubuhnya akan lumpuh.  Kami turut berduka cita,  Permisi bu”  setelah berkata begitu dokter dan dua perawat itu pergi,  meninggalkan mereka berdua untuk melihat Randa terakhir kalinya. Tangis dan histeris dari kedua orang tuanya mengantarkan kepergiannya…..
            
    Senin,  31 Agustus 2009  05:30 sore
    “Mba permisi,  mau tanya nih”  Randa memanggil penjaga toko perhiasan dimana sekarang dia berada.
    “Ya mas,  ada yang bisa saya bantu?”
    “Ehm,  begini loh mba,  1 bulan yang lalu saya ada pesan cincin emas putih sepasang di sini,  minta pake nama gitu, pemesananya sih untuk besok tapi katanya hari ini cincin itu sudah datang,  jadi saya mau mengambilnya”
    “Sebentar ya mas saya cek dulu,  nama mas siapa? Dan nama di cincinnya siapa?”
    “Oh iya,  nama lengkap saya Michael Randa,  dan nama di cincin yang saya pesan,  Randa sama Rita mba”
    wanita itu langsung membolak-balikan buku pesanan,  mencari nama lengkap Randa.
    “Iya ada mas,  sudah datang,  sebentar saya ambilkan ya mas..”  setelah berkata begitu wanita itu langsung pergi mengambil cincin pesanan Randa. Tak berapa lama dia kembali dengan kotak cincin yang berwarna hitam.
    “Nah,  ini mas,  Silahkan dicek dulu..”
    “Makasih mba..”  Randa menerima cincin pesanannya,  memperhatikannya sebentar dan tersenyum senang.
    “Wah,  saya puas mba,  saya bayar pake kartu kredit yah,  nih kartunya.. oya bisa minta tolong gak mba?  Tolong tuliskan di kartu ucapan ini ‘buat Rita ku tercinta,  met ultah ke-20 yah.  Rita maukah kau menjadi pendamping hidupku?,  ku harap aku mendapat jawaban iya dari mulut manismu, dari Michael Randa mu tersayang’  boleh yah…tulisan saya jelek mba…”  Randa memasang wajah memohon di hadapan wanita itu.  wanita itu mengambil kartu kredit dan kartu ucapan yang disodorkan Randa.
    “Baiklah,  saya senang mas puas atas hasil kerja kami.  oya cincin itu spesial mas,  namanya power of love,  makanya cincin itu bermatakan berlian berbentuk hati dengan desain yang indah..pas banget buat cincin tunangan atau cincin nikah..pasti pasangan mas gembira sekali diberikan barang spesial seperti ini,  nah ini mas kartu kredit dan kartu ucapannya” kata wanita tersebut sambil menyerahkan kartu ucapan dan kartu kredut randa.
    “Karena itulah saya membeli cincin ini,  terima kasih banyak yah mba.”  Randa tersenyum.
    “Ya sama-sama,  datang lagi ya mas”
    Randa keluar dari toko tersebut,  dia menimang-nimang kotak kecil tempat cincinnya.
    ‘Rita pasti gak akan pernah melupakan ultahnya tahun ini...’  gumam Randa dalam hati.
    “Oh ya,  aku mau liat cincin ini sekali lagi ah..”
    Randa membuka kotak cincinnya,  mengeluarkan satu cincin yang ukurannya lebih kecil dan…
    “Akh,  jatuh lagi!  Mana tadi?  Astaga kok bisa menggelinding sampai sejauh itu sih?”
    Randa berjalan hendak mengambil cincin yang jatuh tadi,  cincin itu menggelinding hampir ke tengah jalan.
    “Nah untung  gak menggelinding jauh,  kalau sampai hilang bisa berabe nih”
    Randa memungut cincin itu,  memasukannya kembali ke kotaknya, dan hendak berbalik untuk pulang.  Namun tanpa disangka sebuah mobil yang berkecepatan tinggi menabraknya,  tubuhnya terhempas ke pinggir jalan dan kepalanya menghantam trotoar,  tubuh serta kepalanya mengeluarkan darah segar.  supir mobil yang menabraknya bersikap pengecut,  dia langsung kabur tak perduli terhadap keadaan Randa dan teriakan warga sekitar yang menyuruhnya berhenti.  Randa merasakan sakit yang luar biasa,  hal terakhir yang dia ingat hanya wajah Rita yang tersenyum padanya dan cincin yang dia genggam sekarang,  lalu… dunia pun kelam.
          
    Senin,  31 Agustus 2009  02:00 siang
    Di bangku yang letaknya di bawah pohon mangga di pinggir halaman panti,  Randa dan Rita sedang bercengkrama,  memang tempat itu strategis buat mengobrol.  Tempat itu sejuk,  karena rindangya daun mangga melindungi mereka dari panas matahari yang menyengat.
    Yang,  tanggal 1 september besok,  kamu ingat gak hari apa?” Rita membuka percakapan sambil memperhatikan wajah Randa.
    “Hari apa ya,  selasa kali,  kenapa memangnya?”
    “Ih,  kamu itu loh,  bukan nama harinya,  tapi memperingati hari apa tanggal 1 itu..awas kamu bilang lupa ya”  Rita ngambek,  bibirnya sengaja dia mancungkan lebih mancung dari hidungnya sendiri.
    “Iya,  iya maaf,  aku gak lupa,  itu hari ultah yayangku yang tercantik ini kan?  Masa aku melupakan hari pentingmu,  aku begitu mencintai kamu Rita..”
    “Dasar gombal,  nah kata Ibu panti hari ultah ku nanti aku boleh ngadain pesta kecil-kecilan,  kamu pokoknya harus dateng bareng om sama tante,  Yah sayang ya…”  Rita memohon sambil tersenyum,  senyum yang telah membuat Randa jatuh cinta pada dirinya.
    “Wah,  senyum satu juta wattnya keluar,  gak kuku..hehehehe,  em,  ntar ku atur deh,  pasti aku datang sama ortu ku.  Masa acara ultah calon menantu mereka,  mereka  gak datang.  Wah keterlaluan itu namanya sayang  perkataan Randa tadi membuat Rita tersipu.
    “Iya calon menantu…,  ya udah aku masih ada tugas di dalam.  kamu mau pulang atau mau bantuin aku di sini yang?”
    “Yah pasti aku mau bantuin kamu lah yang..yuk kita masuk dan menyelesaikan tugasmu..”  Randa bangkit sambil menggandeng tangan Rita,  mereka tertawa bersama.
    Tak menyadari,  kalau akan terjadi sesuatu yang memisahkan mereka. Sesuatu yang bernama takdir.
           
    Selasa,  1 September 2009  10:20 pagi
    “Waktunya sudah tiba”  suara berat itu membuyarkan lamunanku.  Aku tersentak dan memandanginya.  ‘ah,  waktuku sudah habis’  aku menggumam dalam hati.
    “Baiklah,  terima kasih atas waktu yang telah kau berikan padaku”  ucapku padanya, sosok yang sebenarnya aku tak kenali, tapi entah mengapa perasaanku seperti bertemu dengan seorang kawan lama saat menatapnya.
    “Kalian memang tak berjodoh di dunia fana ini,  tapi ketahuilah bahwa cinta yang tak mempunyai AKHIR itulah yang dinamakan cinta yang abadi kata-kata darinya barusan membuatku tersenyum. Akupun menatap Rita,  dia sudah tak sehisteris tadi.  Sekarang dia sedang dibantu berdiri oleh mama.  Sepertinya Rita sudah berhasil di bujuk untuk pulang.
    Tuhan.., ku harap cinta kami benar takkan lekang oleh waktu. Rita....selama kau hidup dan mengingatku, maka akupun akan tetap hidup dalam dirimu bukan? Jangan bersedih sayang, ikhlaskan diriku.
    Yah..Aku,  Michael Randa,  ternyata memang sangat mencintai seorang Marita Anjani.  Sangat ku sadari itu sekarang,
    Lalu seiring dengan hilangnya aku,  ku titipkan kata pada angin untukmu Rita.
    “Selamat tinggal…”
     ***
     BY : MENTARI ARDINI

    { 2 komentar... read them below or Comment }

    1. kaya'x aku dah pernah baca, ini yg mu buat waktu sekolah kan...

      Dan kenapa harus ANGST mulu???? #emang situ yg buat?#

      oh ya.. lanjutin cerpen kitabetiga itu nah rie.. aku, momo, ama amu.. hehehe

      Sign,

      Gak suka ANGST... T-T

      Ren aka Debby

      BalasHapus
    2. Hihihii,,yuups bener bangedt,,inii memang yang pernah aq buat d sekolah dlu...walau ada perombakan sedikit.

      Hem,hem...ntar deh aq msukan yg crta kta brtiga,,soalnya itu kalau aq jdkan cerpen dia jdi aneh,,jd msti d pnjangin dlu...

      Oya,,mksih yah Ren...
      Dan maaf crpennya angst mulu,,, :D
      Hohohoho

      Rie a.K.a mentari ardini

      BalasHapus

  • Copyright © - Chibi 'RIE' Mikiko Chan

    Chibi 'RIE' Mikiko Chan - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan